19 C Jakarta
Sunday 5th May 2024
By SamAzhar

Terobosan Sektor UMKM Jaring Kemitraan Perkuat UMKM Indonesia Naik Kelas


Kalau
bicara tentang usaha di Indonesia, saat ini usaha mikro, kecil dan menengah
atau biasa disingkat dengan (UMKM) dari tahun ke tahun sudah mulai berkembang
pesat. Walaupun UMKM di Indonesia ini masih terbilang kecil dalam skala
internasional tetapi nyatanya berdasarkan data dari pemerintah bahwa UMKM pada
tahun 2019 telah mampu menyumbang sebesar 60,3%
product domestic bruto (PDB) dan 97% tenaga kerja.

Dengan perkembangan
UMKM di Indonesia saat ini telah membantu pemerintah untuk bisa menciptakan
lapangan kerja bagi pengangguran. Selain itu perkembangan UMKM di Indonesia
juga telah membantu meningkatkan ketahanan ekonomi rumah tangga di Indonesia.
Dengan demikian kebijakan pembangunan berbasis UMKM bisa menjadi prioritas.

Selain memberikan
kontribusi yang sangat signifikan bagi PDB, UMKM Indonesia sejauh ini ternyata
sudah mampu menembus pasar Internasional. Hal itu nampak seperti nilai ekspor
sektor UMKM hasil binaan Bank Indonesia (BI) yang telah  mencapai Rp1,4
triliun dari 91 pelaku UMKM pada tahun 2019. Jumlah tersebut hanya pada satu
titik saja belum lagi di titik yang lain yang jumlahnya masih  banyak.
Tentunya potret tersebut memberikan bukti apabila pemerintah Indonesia sangat
serius dalam mengembangkan sektor perdagangan dimana menggerakkan sektor riil
berbasis UMKM.
Seperti yang pernah disebutkan oleh Menkop UKM yang baru Pak Teten Masduki bahwa struktur ekonomi saat ini masih didominasi oleh pelaku usaha mikro sebesar 63,5 juta unit, disusul usaha kecil mencapai 783.132 unit serta usaha menengah 60.702 unit dan besar 5550 unit. Meskipun nampak
agresif, namun tidak semua pelaku UMKM di Indonesia memiliki nasib yang sama
dan mampu berkembang pesat. Apalagi melihat  disparitas antara wilayah
Indonesia khususnya pulau Jawa dengan pulau di luar Jawa turut mempengaruhi
perkembangan UMKM yang ada selama ini.
Banyak UMKM di luar
pulau Jawa yang belum mengalami naik kelas dan masih terkendala selain
infrastruktur dan efisiensi dalam berbisnis. Para pelaku UMKM banyak terkendala
masalah klasik di antaranya adalah kelembagaan, perkuatan permodalan, sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas, inovasi pemasaran dan teknologi ICT. Hal
tersebut menjadikan UMKM sulit mengalami naik kelas. Sementara produk-produk
mereka yang memiliki kearifan lokal apabila mampu di asesmen dengan baik bisa
berpeluang untuk lebih kompetitif di pasar global.
Melihat kendala
tersebut diperlukan kemitraan UMKM agar bisa naik kelas dengan berbagai cara,
diantaranya dengan mendirikan koperasi atau dengan bermitra dengan lembaga
strategis lainnya. Dengan mendirikan koperasi, UMKM akan dibina dari sisi
capacity building hingga pada aspek keuangan, dengan demikian UMKM akan lebih
jelas peran dan peta jalannya ke depan untuk bisa lebih naik kelas. Begitu juga
dengan mitra strategis lain seperti modal ventura UMKM atau perusahaan leasing
(sewa) peralatan dan teknologi IT untuk UMKM. Dengan demikian akselerasi UMKM
untuk lebih cepat berkembang bisa terlaksana.
Bahasan di atas
merupakan salah satu variabel bagaimana cara agar UMKM bisa naik kelas. Namun
masih banyak lagi strategi-strategi lainya yang bisa digali untuk menjaring
kemitraan UMKM agar naik kelas, baik dari sisi manajemen risiko (risk
management) dan lain-lain. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada hal
tersebut menjadi fokus Forum Wartawan Koperasi (FORWAKOP) lalu berkerjasama
dengan Kementerian Koperasi dan UKM untuk menggelar focus group discussion
(FGD) yang bertemakan tentang Menjaring Kemitraan Perkuat UMKM Naik Kelas.


Pada kesempatan
tersebut Deputi bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Bapak
Abdul Kadir Damanik yang membuka FGD pada Selasa (26/11) di Kantor Kemenkop
UMKM di Kuningan, Jaksel. Hadir dalam acara tersebut sebagai narasumber Ketua
Pengurus Koperasi Telekomunikasi Selular  (KISEL) Mas Suryo Hadiyanto.
Pada kesempatan
tersebut Pak Abdul Kadir Damanik mengatakan bahwa potensi sektor UMKM untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi atau PDB nasional terus bertumbuh sangat besar.
Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar pertumbuhan ekonomi tersebut
bisa melesat sehingga tidak stagnan di sekitar angka 5 persen yaitu dengan
mendorong UMKM naik kelas.
Menurutnya, apabila
ada UMKM yang naik kelas sekitar 2,5 persen dari jumlah total maka kenaikan PDB
berpotensi mencapai tumbuh Rp486 triliun atau setara pertumbuhan ekonomi 5,88
persen. Sementara jika ada 10 persen UMKM yang naik kelas peluang PDB akan
tumbuh sebesar Rp936 triliun atau setara PDB 6,59 persen. Kemudian, masih Abdul
Kadir Damanik, jika ada UMKM yang tumbuh besar sebesar 10 persen maka potensi
pendapatan negara akan tumbuh sekitar Rp1.872 triliun atau setara pertumbuhan
PDB sebesar 8 persen.
“UMKM naik kelas itu penting, sebab persentase UMKM yang naik
kelas itu akan menentukan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kita. Masalahanya,
UMKM kita ini masih banyak yang belum percaya diri,” kata Pak Abdul.
Beliau menjelaskan bahwa beberapa persoalan yang kerap dihadapi
oleh UMKM diantaranya adalah SDM dan Manajemen yang terbatas dan kurang
memanfaatkan teknologi dalam hal produksi hingga pemasaran. Inovasi dari
rata-rata UMKM selama ini juga masih minim sehingga bisnis UMKM kerap jalan di
tempat. Belum lagi persoalan financial atau modal usaha yang kadang menghambat
pelaku UMKM untuk meningkatkan produktifitasnya. Persoalan terakhir yaitu
keterbatasan akses pemasaran dan juga penyediaan bahan baku.
Untuk mengatasi berbagai persaolan tersebut, beliau menyatakan
bahwa pihaknya sudah menyiapkan enam strategi jitu. Pertama, Kemenkop dan UKM
komitmen untuk memberikan akses pasar yang lebih luas bagi UMKM sektor produksi
atau jasa. Kedua adalah dengan memberikan dukungan pembiayaan ketika UMKM tidak
dapat mengakses pembiayaan melalui perbankan. Ketiga, Kemenkop dan UKM juga
menjamin akan terus memberikan kemudahan serta kesempatan berusaha.
Strategi keempat yaitu meningkatkan daya siang produk UMKM
dengan mendorong UMKM memiliki standar kualitas mutu tertentu. Kelima,
pengembangan kapasitas manajemen SDM pelaku UMKM dengan terus melakukan
pendampingan baik secara online ataupun offline. Keenam, Kemenkop dan UKM akan
terus bersinergi dengan Kementerian dan Lembaga terkait dan stakeholder lainnya
agar lima strategi tersebut dapat berjalan sesuai harapan.“Dari situ (strategi)
kita harapkan bisa ada perubahan dimana UMKM bisa menjadi bagian dari global value chain. Kemudian juga bisa
tetap melahirkan enterpreneur baru. Itu yang akan kita tuju dalam 5 tahun
kedepan,” pungkasnya.
Bersamaan dengan itu, Ketua Koperasi Telekomunikasi Selular
(Kisel), Mas Suryo Hadiyanto, menambahkan untuk bisa menscale-up koperasi dan
UMKM perlu ada terobosan-terobosan yang dilakukan oleh pengurus koperasi atau
pelaku UMKM itu sendiri. Menurutnya koperasi dan UMKM wajib memanfaatkan
perkembangan teknologi untuk dapat memasarkan produk-produknya. Dengan begitu
pangsa pasar dari koperasi dan UMKM juga akan semakin luas.


Setidaknya, Kisel melakukan tiga terobosan yaitu dengan membuat
sebuah aplikasi, memperluas channel dan platform baru. Hal yang tidak kalah
pentingnya adalah memastikan bahwa produk-produk dan layanan dari Kisel
tersertifikasi atau memenuhi standar yang ditentukan. Dengan begitu daya saing
dan tingkat kepercayaan customer terhadap produk dan layanan dari Kisel
terjamin.
“Kita bangun people, sistem dan teknologi. Kita juga sertifikasi
SDM kita sebab bagaimanapun sebagai institusi kalau kita sendiri tidak bisa
berikan standar mutu tingkat internasional, nggak mungkin customer kita
percaya. Dengan punya sertifikasi itu bahkan semua unicorn mau kerjasama dengan
kita, karena mereka firm dan yakin Kisel udah ikuti standar dunia,” ujar Mas
Suryo.
Beliau menambahkan Kisel saat ini beranggotakan 6.797 orang yang
merupakan karyawan dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Kisel sendiri
memiliki tiga unit bisnis utamanya yaitu Sales and Channel (S&C), General
Services (GS), dan Telco Infrastructure & Power Engeenering. Dari tiga unit
bisnis ini Kisel berhasil mendirikan lima perusahaan yaitu PT Kinarya Alih Daya
Mandiri (KAM), PT Kinarya Alih Selaras (KST), PT Kinarya Selaras Piranti (KSP),
PT Kinarya Selaras Solusi (KSS) dan PT Kinarya Mandiri Konstruksi.
Ke depan Kisel menargetkan pada tahun 2020 membidik target omset
hingga Rp7 triliun. Dengan digitalisasi usaha dan inovasi yang terus dilakukan
oleh Kisel saat ini bisa mencapai omset sebesar Rp6 triliun. “Tahun 2020 nanti
kita harap bisa sentuh Rp7 triliun, kalau bisa kita optimalkan lagi agar bisa
mencapai Rp8 triliun,” pungkasnya.
  • No Comments
  • November 29, 2019

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *