19 C Jakarta
Saturday 27th April 2024
Rusmawati, Sosok Multiperan Pembangun Kemandirian Melalui Program Sanggar Belajar Anak dari Pesisir Serdang Bedagai
By azharssc

Rusmawati, Sosok Multiperan Pembangun Kemandirian Melalui Program Sanggar Belajar Anak dari Pesisir Serdang Bedagai

Pendidikan sangat penting dalam sebuah kehidupan. Sebab, berkat pendidikan dapat memberikan seseorang sebuah keterampilan (skill) dan menjadi modal yang dibutuhkan demi tercapainya keberhasilan dalam hidup. Sedangkan dalam sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat, pendidikan sangat diperlukan untuk membantu memahami berbagai hal dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Selain itu, pendidikan juga melatih seseorang untuk dapat berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi berbagai permasalahan yang kompleks.

Nah, seringkali kemiskinan masih menjadi faktor penghambat kualitas pendidikan di suatu komunitas atau wilayah. Masih ditemukan kondisi sarana dan prasarana sekolah atau lembaga pendidikan yang tidak layak, SDM atau tenaga pendidik yang kurang memadai, hingga masih minimnya akses dan kualitas pendidikan di daerah terpencil. Selain itu, masih terdapat pula kesenjangan antara pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan.

Untuk itulah perubahan besar harus dilakukan dan sebuah gebrakan perlu terjadi. Macam-macam terobosan perlu diupayakan. Saatnya kita untuk menjadi agen perubahan (agent of change) dan pengambil keputusan (decision maker) itu sendiri. Kita bisa berbuat sesuatu dan memulainya dari hal kecil terlebih dahulu, tanpa perlu menunggu bantuan atau kebijakan itu dibuat dari berbagai pemangku kepentingan baik itu yang datang dari pihak pemerintah daerah, pusat atau sektor-sektor terkait yang lebih berwenang khususnya di bidang pendidikan.

Seperti yang dicontohkan oleh seorang Ibu, sekaligus perempuan tangguh yang bernama Rusmawati yang berupaya untuk mengentaskan kemiskinan di daerahnya lewat jalan pendidikan. Sebuah perjalanan panjang yang tidak mudah bagi wanita muda perkasa yang berasal dari Serdang Begadai, Sumatera Utara. Berkat kiprahnya sebagai tenaga pendidik bagi anak-anak, pendamping remaja putri dan pembimbing Ibu wali murid yang tanpa pamrih kini bisa mengubah keadaan di desanya menjadi lebih baik.

Sosok Multiperan Pembangun Kemandirian Lewat Program Sanggar Belajar Anak

Bu Rusma seperti ia akrab disapa, menyadari betul bahwa kemiskinan adalah kondisi umum di kawasan perkampungan nelayan tempat yg ia tinggali selama ini. Lagi-lagi kita dihadapkan pada kenyataan bahwa pendidikan yang layak jadi barang mahal untuk diakses di sana. Terbukti banyak sekali anak-anak yang terpaksa harus putus sekolah.

Semua itu bermula dari anggapan masyarakat setempat yang memiliki semboyan kalimat nyeleneh yaitu “Kerja tak kerja, asal hidup enak.” Siapa sangka dari situasi itulah yang mendorong Rusmawati untuk bergerak dan berdampak. Ibu rumah tangga yang mendedikasikan waktunya sebagai aktivis Hapsari, sebuah LSM yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, ini jadi tergerak untuk berbuat sesuatu dan terlibat secara langsung di kampung halamannya.

Rusmawati, Sosok Multiperan Pembangun Kemandirian

Beliau ingin menunjukkan bahwa keterbatasan sarana dan prasarana bukan menjadi penghalang untuk belajar, justru kemiskinan tidak menjadi alasan setiap anak untuk mengakses pendidikan layak yang setara. Berangkat dari keprihatinannya sejak tahun 1998, Bu Rusmawati sudah memiliki kepekaan untuk berbagi kepada siapa saja yang membutuhkan. Dari awal pendekatannya dengan para Ibu di daerah pesisir pantai, ia jadi tahu banyak anak-anak yang putus sekolah mulai dari SMP hingga SMA. Besar harapan mereka untuk memperoleh kembali pendidikan secara gratis namun tak kunjung terealisasikan.

Dari situlah Bu Rusma memulai gerakan pendidikan di sana dengan mendirikan Sanggar Belajar Anak. Beliau menyadari akan pentingnya pendidikan karakter bagi anak usia dini. Dalam sanggar ini, program berfokus pada peningkatan pendidikan anak-anak setingkat Taman Kanak-Kanak. Dengan memanfaatkan teras-teras rumah warga dan mushola untuk tempat belajar sambil bermain secara gratis yang disulap perlahan-lahan menjadi tempat layaknya Taman Kanak-kanak/ Kelompok Bermain.

Meskipun belum memiliki modal atau materi yang mumpuni, Bu Rusma terbilang nekat. Beliau memiliki banyak ide untuk pendidikan masyarakat pesisir. Perempuan kelahiran desa Bingkat, 2 Februari 1976, ini lalu bergerak pula bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Serikat Petani Pesisir dan Nelayan (SPPN). Sejak awal berdiri hingga sekarang, pendanaan Sanggar Belajar Anak, mulai dari honorarium guru dan operasional sehari-hari berasal dari kucuran dana Hapsari, organisasi induk SPPN serta setoran SPP para siswa yang besarannya bervariasi mulai dari Rp. 8.000 hingga Rp. 10.000 ribu per bulan, dan selebihnya beberapa bantuan dari lembaga asing.

Seiring berjalannya waktu, Rusmawati pun berhasil mendirikan lebih dari delapan sanggar di sekitar pesisir Serdang Bedagai. Tidak hanya sampai di situ, ia juga banyak memberi pangasuhan kepada perempuan-perempuan muda yang putus sekolah. Kebanyakan mereka dibekali Rusmawati tentang bagaimana mengajar yang benar, agar di masa mendatang mereka dapat menjadi pengajar warga lainnya.

Bak Pelita Penerang dalam Gulita

Bukannya tanpa hambatan, Rusmawati berjuang cukup keras untuk mendapatkan dana bagi pembiayaan kegiatan sosial yang ia jalankan. Beruntung, lewat LSM SPPN, ia berhasil mendapatkan bantuan dari lembaga asing. Selain itu, ia juga masih menjalankan usaha pembuatan batu bata bersama suaminya untuk mendukung dana operasional pengabdiannya bagi masyarakat. Kendala lainnya adalah sulitnya memberi pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan minimnya dukungan pemerintah daerah terhadap pendidikan di wilayah Serdang Bedagai.

Donasi atau bantuan dalam bentuk dana berdatangan sejak tahun 2007-2011. Hingga akhirnya pada tahun 2011 atas jerih payah dan kerja keras Bu Rusmawati atas upaya yang dilakukannya, Astra memberikan apresiasi penuh pada tahun 2011 dengan menerima penghargaan Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards atas dedikasinya di bidang Lingkungan. Bu Rusma memperoleh bantuan pembiayaan senilai Rp. 50 juta. Hadiah tersebut kemudian ia manfaatkan untuk membiayai pendidikan kejar paket C (setara dengan SMA) untuk para relawan di Sanggar Belajar Anak tempatnya mengabdi yang ketika itu hanya lulusan SMP.

Tidak hanya para murid saja, Ibu-ibu/ orang tua dan wali murid juga dilatih berorganisasi dan berdiskusi yang menyangkut persoalan perempuan, ekonomi, sosial, dan budaya setempat. Tidak hanya berdiskusi, mereka juga berkelompok mengelola pinjaman lunak. Dalam empat tahun terakhir, ada 40 Ibu rumah tangga yang mendapatkan pinjaman Rp 1 juta per orang yang digunakan untuk berwirausaha seperti beternak ayam dan bebek, berkebun sayur di rumah serta menjadi peternak ikan asin.

Hal inilah yang membuat saya secara pribadi salut dan terinspirasi hingga menjuluki Bu Rusmawati sebagai Sosok Multiperan Pembangun Kemandirian atas programnya membangun sebuah wadah Sanggar Belajar Anak. Sungguh mulia jasanya, tujuan sederhana agar kelak para murid bisa merasakan pula menjadi pengajar bagi warga lainnya. Semoga pelayanannya pada pendidikan anak-anak, remaja putri dan Ibu-Ibu orang tua wali tidak berhenti sampai di sini saja. Namun terus berlanjut ke generasi selanjutnya. Aamiin

  • No Comments
  • October 15, 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *