19 C Jakarta
Tuesday 15th October 2024
Kang Gunawan Azhari, Pelopor dan Penggerak Lingkungan dari KBA Suntenjaya
By azharssc

Kang Gunawan Azhari, Pelopor dan Penggerak Lingkungan dari KBA Suntenjaya

Tak dapat dipungkiri kita hidup sehari-hari terutama yang berdekatan dengan perkotaan, terpapar dengan polusi misalnya seperti asap kendaraan bermotor, hasil buangan (residu) otomasi pabrikasi dan asap pembakaran sampah rumah tangga. Bagaimana tidak menimbulkan penipisan lapisan ozon yang menyumbangkan dampak buruk terhadap perubahan iklim pada efek rumah kaca (Green House Effect)? Tentunya hal ini akan sangat mengkhawatirkan cepat atau lambat pada lingkungan hidup kita, terutama keberlanjutan ekosistem yang harus terus hidup di dalamnya.

Namun, ternyata kita bisa lho ikut berkontribusi agar alam kita tetap hijau, asri dan lestari. Tergantung pada masing-masing individu mau tidak terlibat untuk turun tangan. Ya, setidaknya urun angan agar punya kesadaran (awareness) untuk menjaga lingkungan. Perlu banyak tokoh atau sosok yang menginspirasi untuk mengedukasi masyarakat dan mensosialisasikan program-program keberlanjutan yang berdampak bagi lingkungan. Kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di perkotaan saja tapi masih sering dijumpai di pedesaan. Siap sangka masyarakat desa yang terkenal majemuk bisa abai terhadap lingkungan dan acuh pada pentingnya kesadaran menjaga kelestarian alam.

Kang Gunawan Azhari, pelopor dan penggerak lingkungan di Desa Suntenjaya, sekaligus ketua Ecovillage Desa Suntenjaya

Dia lah sosok Gunawan Azhari, yang akrab disapa Kang Gunawan, seorang pegiat lingkungan yang merupakan tokoh penggerak Ecovillage Suntenjaya. Siapa yg mengira melalui keuletan dan buah kesabarannya mampu mewujudkan konsep smart village setelah melalui proses panjang. Masyarakat yang semula abai terhadap lingkungan kini berangsur-angsur memiliki kesadaran menjaga kelestarian alam.

Salah satu bukti nyata adalah penerapan sistem pertanian dan peternakan yang terintegrasi. Contohnya, teknik pengolahan limbah kotoran ternak dengan metode vermicomposting, sebagai pupuk organik yang digunakan oleh masyarakat dalam bercocok tanam. Sedangkan limbah dari pertanian dan perkebunan dapat diolah menjadi pakan ternak dan pupuk organik. Dengan metode ini malah menguntungkan secara ekonomi sebab dapat menghemat biaya pupuk dan pakan ternak, sekaligus tidak mencemari lingkungan karena nyaris tanpa limbah (zero waste).

Yuk Mengenal KBA itu apa?

KBA atau Kampung Berseri Astra merupakan program pengembangan masyarakat berbasis komunitas yang mengintegrasikan inisiatif 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan Astra diantaranya meliputi bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan, dalam komunitas kampung.

Melalui program Kampung Berseri Astra, masyarakat dan Astra dapat berkolaborasi untuk bersama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra.

Pengembangan lebih lanjut dari KBA adalah Desa Sejahtera Astra (DSA) yang menjadi program kontribusi sosial Astra di bidang kewirausahaan berbasis kawasan. Program ini bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, komunitas, start-up, serta masyarakat desa dalam pengembangan ekonomi pedesaan berbasis potensi dan produk unggulan desa. Dalam program DSA pula terdapat pendampingan bagi masyarakat desa, mulai dari pelatihan, penguatan kelembagaan, bantuan prasarana, hingga fasilitas akses permodalan dan pemasaran produk.

Konsep Eduwisata di Desa Suntenjaya

Desa Suntenjaya terletak di antara kaki Gunung Bukit Tunggul dan Gunung Palasari, tepatnya berada di Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kampung Berseri Astra (KBA) Suntenjaya merupakan sebuah kampung yang berhasil mengubah mindset masyarakat desa setempat yang berprofesi sebagai petani dan peternak sapi.

Suntenjaya telah ditetapkan sebagai desa wisata oleh pemerintah setempat, namun masyarakatnya memilih tidak mengelola wisata secara konvensional, namun lebih spesifik yaitu berupa eduwisata. Kang Gunawan menceritakan bahwa ide konsep serta perencanaan sudah dimulai sejak tahun 2013, namun baru sempat di tahun 2016 memulainya meski ada saja hambatan berupa penolakan dari warga yang tidak setuju. Tak ayal terbatasnya sumber daya manusia, serta ketika itu masih minimnya dukungan dari pemerintah maupun swasta.

Bak gayung bersambut, seiring berjalan waktu, masyarakat semakin sadar dan merasakan bahwa eduwisata memberi dampak sosial dan lingkungan ke arah yang lebih positif yaitu bisa meningkatkan taraf perekonomian tanpa mengubah mata pencaharian penduduk sehari-hari, dan yang paling penting adalah tetap mempertahankan keasrian alam. Alhamdulillah perjuangan beliau membuahkan hasil nyata, dukungan pun terus berdatangan baik dari perusahaan swasta, komunitas, dan yayasan, serta tentunya pihak pemerintah diantaranya dari Dinas Lingkungan Hidup, PUPR, Pariwisata, dan Koperasi. Bentuk dukungannya terutama berupa pemberian informasi, pelatihan, dan pembinaan terkait eduwisata.

Setelah SDA dan SDM terpenuhi, bukan berarti pelaksanaan eduwisata di Ecovillage Suntenjaya bisa berjalan dengan lancar jaya. Secara jujur Kang Gunawan mengutarakan bahwa hambatan dan kekurangan masih terus dihadapi. Kendala yang sering ditemukan sekarang ini, seperti akses masuk desa atau kondisi jalan yang masih kurang baik, kurangnya infrastruktur desa untuk memfasilitasi pengunjung seperti jalan licin dan belum adanya toilet umum, kendala sinyal atau akses internet yang belum merata di seluruh desa. Tak pelak, hal ini berimbas pada terhambatnya digitalisasi untuk mendukung pembangunan desa, termasuk eduwisata.

Namun masyarakat Suntenjaya bahu membahu untuk terus melangkah maju bahkan menjadikan hambatan tersebut sebagai pemacu mewujudkan eduwisata berkelanjutan demi memajukan desanya lebih baik lagi.

Menurut kang Gunawan besar harapan kedepannya, konsep eduwisata ini ingin dibuat lebih kompleks menjadi konsep eco edu techno sehingga lebih banyak yang bisa ditunjukkan pada pengunjung, lebih banyak lagi edukasi atau pengetahuan baru selama berkunjung ke Ecovillage Suntenjaya.

Untuk mewujudkan hal tersebut pihaknya, membuat kembali rencana kerja yang terbagi berdasarkan jangka waktu pelaksanaan, mulai dari jangka pendek hingga panjang. Jangka panjangnya tentunya menjadikan eduwisata semakin maju tanpa meninggalkan mata pencaharian utama penduduk sebagai petani, peternak dan pedagang. Serta yang paling utama dapat memperoleh lebih banyak bantuan baik dari pemerintah maupun swasta untuk mendukung keberlangsungan eduwisata demi terjaganya Ecovillage Suntenjaya sesuai dengan konsep 4 pilarnya yaitu ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan spiritual.

Andai saja banyak lagi sosok seperti ini yang mampu menjadi konseptor atau inisiator dari sebuah desa yang maju secara ekonomi. Ecovillage adalah gambaran smart village kekinian yang sukses memajukan perekonomian desanya sambil merawat alam tetap asri dan lestari.

Konsep desa maju dan mandiri seperti ini layak menjadi ajang percontohan bagi desa-desa lain di seluruh Indonesia yang memiliki lahan luas. Oleh karena itu kemajuan pembangunannya tidak hanya dilihat dari beberapa kawasan atau wilayah tertentu saja namun harus tersebar dan menyeluruh. Jika satu per satu desa di Indonesia berhasil menerapkan konsep tersebut, bukan hal yang mustahil kemajuan seluruh wilayah negeri pun dapat dirasakan secara merata.

Panjang umur hal-hal baik. Semangat hari ini untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

  • No Comments
  • September 15, 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *