19 C Jakarta
Wednesday 8th May 2024
By SamAzhar

BINCANG SIANG BARENG NGOPINI DAN KOMUNITAS BERBAGI NASI

Aktivitas
Sosial: Relawan Berbagi Nasi

Rabu,
26 Oktober 2016 menjadi hari yang tak terlupakan bagi saya pribadi dan mungkin
pula sebagian dari teman-teman peserta lain. Bertempat di Wisma 77 Tower 2 lantai
8 sedang diadakan diskusi ringan dengan topik menarik yang difasilitasi oleh
Opini.id selaku tuan rumah, mendatangkan pembicara tamu dari Komunitas Berbagi
Nasi. 

Siang
itu hari cerah berawan, saya beserta seorang teman kebetulan datang terlambat,
kira-kira 10 menit saat acara berlangsung. Hadir sebagai pembicara Tawakal Ade
Thabrani selaku Koordinator Komunitas Berbagi Nasi Jakarta dan dipandu oleh Fajar
Arif Budiman dari Gerakan Anak Muda Punya Usaha (AMPUH) sebagai pengantar
diskusi. Obrolan mengalir dengan santai namun tetap interaktif di dalam ruangan
yang diberi nama Mindtorium tersebut.

 Mas
Tata, biasa ia disapa, menjelaskan bagaimana komunitas ini terbentuk. Kemiskinan
yang terjadi saat ini masih merajalela di sekitar kita. Masih banyak di luar sana
yang ternyata berada dalam kondisi kelaparan. Jangankan untuk makan dua kali
dalam sehari, satu kali saja sudah dianggap mewah. Mereka ini berada pada
kondisi yang memprihatinkan, sebut saja; marjinal, papa, gelandangan, pengemis,
anak jalanan dan golongan lainnya di bawah garis kemiskinan.
 
Berangkat
dari keprihatinan inilah terdapat sekelompok anak muda yang membentuk sebuah
komunitas. Komunitas berbagi nasi yang merupakan kumpulan sejumlah orang dari berbagai
kalangan dari lintas generasi tanpa mengenal usia, bahu-membahu membantu
lingkungan sekitar yang kekurangan dengan cara berbagi nasi bungkus secara
rutin. Dana yang mereka peroleh berasal dari kantung mereka masing-masing dan
sebagian lagi berasal dari bantuan para donatur. Mereka secara rutin bergerilya
pada malam hari menelusuri ibukota dengan membagikan 200-400 bungkus setiap
harinya.
 
Mereka
menyebut diri mereka dengan para pejuang nasi. Rabbani, di daerah Rawamangun
menjadi tempat para pejuang untuk mengumpulkan amunisi. Istilah amunisi ini diartikan
sebagai nasi yang telah dikemas untuk kemudian disalurkan kepada yang
membutuhkan. Alasan mereka bergerak di malam hari disebabkan karena dari
situlah kita bisa melihat Jakarta yang sebenarnya. Mereka menginginkan bantuan terdistribusi
dengan benar dan tepat sasaran, sebagai contoh warga miskin di bantaran kali
yang hanya tidur seadanya beralaskan tanah. Setiap tanggal 14 Februari setiap
tahunnya, warga dunia memperingati Hari Kasih Sayang atau dikenal dengang
Valentine’s Day. Momen ini tidak disia-siakan oleh komunitas untuk
dideklarasikan pula sebagai Hari Nasi Sayang. Dengan sekuat tenaga tiap
tahunnya berhasil membagikan 1400 bungkus kepada yang membutuhkan.
 
Bagi
yang ingin bergabung dan berinisatif membantu dan mendukung kegiatan komunitas
ini diberi keleluasaan, asal murni dari hati dan tanpa didasari oleh motif
apapun. Sekalipun diperoleh dari partai, bantuan diberikan dari kantung
pribadinya, tidak diperbolehkan mengatasnamakan golongan  tertentu tanpa ada maksud dan tujuan untuk
kepentingan tertentu. Sejumlah bantuan terus berdatangan. Sejak pertama kali
berdiri hingga saat ini sudah terdapat 80 kota yang bergabung tersebar cukup
merata di seluruh Indonesia. Motivasi yang selalu mereka tanamkan,
“Berbagi Menyenangkan Tanpa Paksaan”.
 
Seperti
teori sapu lidi, semakin erat maka akan semakin kuat. Sama halnya seperti
komunitas ini, semakin banyak yang peduli untuk berbagi, hingga memasuki tahun
ketiga, banyak donatur yang berbaik hati memberikan bantuan, tak hanya uang
tapi juga barang. Malahan ada donatur dermawan hingga memodali sejumlah uang
untuk dibelikan mobil pick-up sebagai kendaraan operasional dan tak hanya
berhenti di situ, ada juga yang menyiapkan sebidang tanah untuk dijadikan rumah
sebagai basecamp atau tempat berkumpul para pejuang nasi beraktivitas.
 
Saya
secara pribadi banyak belajar dari acara ini seperti yang mereka sampaikan bahwa
mata hati adalah panca indera terbaik. Lakukan segala hal dengan sepenuh hati.
Segalanya akan mengalir secara spontan asal dikerjakan dengan ikhlas akan berbuah
manis dan beroleh kemudahan. Adanya hubungan sebab akibat dan seleksi alam
dimana roda itu berputar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang
banyak. Kita tidak dapat memungkiri dari keajaiban memberi. Sebagai penutup,
dari hasil diskusi ini saya sempat mengutip ucapan Mas Tata, bahwa ada sebagian
rezeki buat mereka yang tidak mampu. “Hidup tidak akan berarti, tanpa
memberi arti”.

  • No Comments
  • November 28, 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *