19 C Jakarta
Tuesday 7th May 2024
By SamAzhar

Siap Untuk Selamat! Giat Hari Kesiapsiagaan Bencana 2018

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
BNPB Siapsiaga Bencana

“Tiarap..tiarap..
Harap tenang..harap tenang semuanya. Jangan panik!”, Tetap merunduk, seru seorang petugas
gedung dari lantai 12 sambil menyodorkan Horn speaker TOA kepada para
penghuni gedung.

Sambil mengawal
seisi gedung petugas ikut menuruni tangga 12 lantai secara perlahan-lahan begitu sirine
tanda bahaya dibunyikan.

Eitss. jangan terburu-buru panik. Tetap tenang yaa. Ini hanya terjadi ketika simulasi evakuasi
bencana saja kok. Hehe. Hitung-hitung
shock therapy lah ya?

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Ilustrasi evakuasi simulasi bencana (dokpri)
Jadi ingat pada
pepatah lama, “Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak”.
Ini artinya kehidupan di depan kita adalah rahasia Allah, untung maupun malang
sering datang tiba-tiba tanpa disangka.
Kalimat tadi
bukan hanya kiasan belaka. Namun menjadi pengingat bagi kita semua. Tidak ada
satu pun manusia di muka bumi ini yang bisa memprediksi kapan musibah akan
datang. Musibah itu tidak dapat ditawar. Kehendak Maha Kuasa telah menjadi
ketetapan. Jangankan manusia alam pun berhak untuk marah.
“Kun fa ya kuun.” Jika Tuhan berencana terjadi maka terjadilah. Manusia adalah makhluk lemah,
tidak memiliki kemampuan mempercepat apalagi memperlambat mencegah terjadinya
musibah. Manusia hanya bisa menghindar dan berusaha mengatasi jika bencana
terjadi. Semua itu sudah menjadi skenario Illahi Rabbi.

Siap, untuk
Selamat!

Indonesia Siaga Bencana

Indonesia
merupakan negara dengan bentuk kepulauan yang terletak dari Sabang hingga ke
Merauke. Secara geografis terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia.
Pergerakan lempeng tersebut mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu negara
yang berisiko tinggi terhadap ancaman bencana alam terutama gempa bumi, tsunami
dan letusan gunung api.
Masih membekas
dalam ingatan bagaimana gempa bumi berkekuatan 9.2 Skala Richter mengguncang
negeri Serambi Mekah pada tahun 2004 yang mengakibatkan Tsunami yang
meluluhlantakkan Nanggroe Aceh Darussalam. Kerugian riil maupun imateriil,
kehilangan anggota keluarga, harta benda bahkan menyisakan trauma yang mendalam
bagi para korban.

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Pasca Tsunami di Aceh (sumber: bnpb.go.id)
Belum lagi
sederet bencana seperti letusan gunung berapi, banjir dan lainnya yang begitu
bertubi-tubi terjadi dalam kurun satu dasawarsa terakhir memperlihatkan potret
bahwa Indonesia tidak hanya perlu berwaspada tetapi juga siaga dalam menghadapi
bencana. 
Menyadari
pentingnya kesadaran masyarakat akan tanggap bencana dan bagaimana
menanggulangi bahaya yang mungkin akan terjadi, BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana) mengajak semua komponen dan lapisan masyarakat dengan
menyelenggarakan Hari Kesiapsiagaan Bencana yang terletak di Graha BNPB kawasan
Pramuka, Jaktim yang jatuh pada 26 April 2018.
Tanggal tersebut
dipilih bukan tanpa sebab, karena bertepatan pada peringatan sebelas tahun
lahirnya Undang-undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Harapannya agar merubah perilaku masyarakat menuju budaya aman bencana dengan
cara mengedukasi publik melalui gerakan kesiapsiagaan dari unit terkecil yaitu
diri sendiri, keluarga dan komunitas. Sesuai dengan tema kegiatan tahun ini.
Seringkali
masyarakat kurang aware ketika bencana terjadi sehingga berakibat pada
kepanikan, kebakaran dari hubungan arus pendek, jadi acuh terhadap keselamatan
lansia, anak dan balita serta penyandang difabel.
Untuk itulah
perlu diberi pembekalan dengan simulasi evakuasi dan keselamatan secara mandiri
atau kelompok. 
Dalam situasi
darurat diperlukan pengambilan keputusan yang cepat agar keselamatan terjamin
dan efek kerugian dapat diminimalisir.
Agenda kegiatan
dimulai dari apel pagi Siaga Bencana dilanjutkan skenario beberapa demo
simulasi evakuasi bencana seperti penggunaan Fire Block dan APAR, Penyelamatan
dan Evakuasi anak-anak Day Care, Pemotongan Jeruji Dengan Cutter, Evakuasi
Penyelamatan Luar Gedung dengan Repling dan Flying Fox, serta Demo Pertolongan
Henti Jantung/ CPR.

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Apel pagi siaga bencana di BNPB (dok. Blogger)


Konperensi Pers Kepala BNPB bersama jajaran terkait tentang HKB 2018

Setelah sesi
simulasi usai sebelum waktu istirahat makan siang dilakukan konperensi pers
terkait Hari Kesiapsiagaan Bencana. K
esiapsiagaan
yang melekat pada elemen tersebut menjadi pondasi ketangguhan negara terhadap
bencana.
Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai bahwa kesiapsiagaan diri (individu) dan
keluarga menjadi begitu penting. Individu sebagai bagian dari keluarga
diharapkan memiliki rencana kesiapsiagaan bencana. 
Sehubungan
dengan rencana tersebut, Kepala BNPB Willem Rampangilei menyampaikan bahwa
kesepakatan pada saat ‘prabencana’ perlu dibuat bersama oleh seluruh anggota
keluarga agar mereka lebih siap menghadapi situasi ketika darurat bencana.
 

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Konpers HKB 2018 (dokpri)

“Masing-masing
keluarga perlu menyepakati rencana menghadapi situasi darurat dengan beberapa
skenario, karena aksi yang perlu dilakukan bisa menjadi berbeda untuk kondisi
yang berbeda. 
Skenario dibuat
bersama oleh seluruh anggota keluarga sesuai jenis bahaya yang mengancam. 
Dalam setiap
skenario, disepakati siapa melakukan apa, dan bagaimana caranya,” ucap Willem
yang menekan sirine tanda berlangsungnya gladi evakuasi bencana di Graha BNPB
sekaligus menandai Hari Kesiapsiagaan Bencana 2018 pada Kamis (26/4).
Kesiapsiagaan
sudah sepatutnya menjadi kesadaran setiap individu sebagai bagian dari keluarga
karena wilayah Indonesia rawan bencana. Dalam data BNPB mencatat bahwa 2.372 bencana
terjadi sepanjang 2017 dengan mengakibatkan korban meninggal 377 jiwa. 
Dalam konteks
kesiapsiagaan itu, BNPB mengharapkan HKB yang dilakukan semua pihak setiap
tahun sebagai latihan evakuasi bencana bersama. Latihan evakuasi bencana
tersebut merupakan upaya untuk memperkuat kapasitas kesiapsiagaan masyarakat
sehingga mereka mengenal ancaman risiko di sekitarnya, mampu mengelola
informasi peringatan dini, memahami rambu peringatan, serta mengurangi
kepanikan dan ketergesaan saat evakuasi yang biasanya justru menimbulkan korban
dan kerugian.

Hari-Kesiapsiagaan-Bencana-2018
Pak Willem menuruni 12 lantai dengan alat Repling
Sementara itu,
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Wisnu Widjaja menguatkan hal
tersebut melalui pembelajaran dari Jepang. Hasil kajian dan survei yang
dilakukan di Jepang terhadap kejadian gempa Great Hansin Awaji (1995)
menunjukkan bahwa persentase korban selamat dalam durasi waktu emas atau  ‘golden time’
disebabkan oleh (1) Kesiapsiagaan diri sendiri sebesar 35%, (2) Dukungan
anggota keluarga 31,9%, (3) Teman/Tetangga 28,1%, (4) Orang lewat 2,60%, (5)
Tim Penolong 1,70%, (6) Lain-lain 0.90%.
“Kesiapsiagaan
individu dan keluarga menjadi begitu penting, mengingat faktor yang paling
menentukan untuk keselamatan diri dari potensi bencana adalah penguasaan
pengetahuan yang dimiliki oleh diri sendiri,” ujar Wisnu saat pelaksanaan HKB
2018 di Graha BNPB.
Berbekal dari melihat kondisi wilayah Indonesia yang rawan bencana serta merefleksikan hasil kajian
tersebut, sebuah gerakan aksi bersama diperlukan oleh setiap pihak untuk
penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan seluruh komponen bangsa dalam
menghadapi potensi bencana di Indonesia. Dalam situasi darurat, pengambilan
keputusan secara cepat dapat meningkatkan peluang selamat dan meminimalkan
dampak kerugian.

Hari-kesiapsiagaan-bencana-2018
Bapak Wisnu Widjaja ketika menyampaikan hasil kajian dan survei (dokpri)
Menutup
pernyataan, Wisnu menekankan bahwa rencana kesiapsiagaan yang disusun harus
dikomunikasikan dengan anggota keluarga di rumah, kerabat yang ada dalam daftar
kontak darurat, serta mempertimbangkan sistem yang diterapkan lingkungan
sekitar dan pihak berwenang. “Bila rencana sudah disepakati, keluarga perlu
melakukan simulasi secara berkala agar tidak panik dalam situasi darurat.
Dengan informasi yang cukup dan rencana yang telah disepakati sebelum terjadi
bencana, diharapkan dapat memperlancar berbagai proses pengambilan keputusan
oleh setiap anggota keluarga dalam situasi darurat.”
Melalui HKB
2018, setiap individu dapat membangun kesadaran dan kewaspadaan masyarakat
terhadap bencana dengan cara membangun partisipasi semua pihak. 
Sementara itu,
di beberapa negara telah lebih dulu mempunyai hari atau bulan yang secara khusus
untuk melatih kesiapsiagaan masyarakat, seperti di Jepang pada 1 September,
Korsel pada bulan Mei dan USA pada bulan September. 
Total estimasi
peserta yang berkomitmen dalam partisipasi HKB melalui latihan evakuasi bencana
serentak di seluruh nusantara hingga malam (25/6) pukul 21.00 berjumlah
30.069.804 peserta dari pemerintah, organisasi, sekolah dan keluarga.

  • No Comments
  • May 1, 2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *